Selasa, 03 Juli 2012

Profil KHalifah Abu Bakar Shiddiq

A. Kepribadian Abu Bakar Shiddiq
Namanya adalah Abdullah bin Usman Abi Quhafah bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taym al Quraisy, Abu Bakar Shiddiq Al Atiq. Bakrin artinya anak onta. Shiddiq artinya jujur, benar dan diakui kejujurannya. Atau puncak kebenaran karena imannya yang luar biasa. Nama ini mulai disandangnya ketika peristiwa isra’ mi’raj. Panggilan lain atiq yang berarti tampan dan atau suka memerdekakan budak. Beliau lahir kurang lebih dua tahun setelah kelahiran Rasulullah.
Pada masa jahiliyah beliau adalah orang yang paling memahami silsilah atau nasab penduduk mekkah dan orang-orang Quraisy. Pengetahuan ini adalah salah satu hal yang harus dimilliki golongan cendikiawan pada masa itu. Selain itu beliau juga seorang pedagang yang sukses. Yang lebih penting lagi beliau tidak termasuk penyembah berhala dan tidak pula yang minum khamar.
B. Kehidupannya setelah Islam
Beliau adalah yang pertama masuk Islam dari golongan lelaki dewasa. Dalam hal ini iman beliau adalah yang terkokoh, bobotnya sangat berat. Dalam sebuah riwayat dari Imam Hakim, Rasulullah pernah mengatakan seandainya iman Abu Bakar ditimbang dengan imannya ummat ini niscaya iman Abu Bakar lebih berat. لو وزن إيمان أبي بكر مع إيمان هذه الأمة لرجحت كفة إمان أبي بكر (رواه الحاكم)
Beliau juga adalah da’i yang sukses. Kesadarannya begitu tinggi untuk menyebarkan Islam begitu beliau masuk Islam. Orang-orang yang berhasil direkrutnya adalah orang-orang yang kelak menjadi pemimpin (kibaril shahabat) bahkan yang dijamin Rasulullah dengan surga, di antaranya, Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Az Zubair ibnul Awwam, Thalhah bin Ubaydillah, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Abu Ubaydah ibnul Jarrah.
Tidak cukup sampai di situ beliau bahkan mengerahkan segala potensinya demi keberhasilan proyek-proyek da’wah Islam. Dua kali beliau tercatat menginfaqkan seluruh hartanya. Yang pertama pada waktu hijrah dari Mekkah ke Madinah dan yang kedua pada waktu perang Tabuk.

Tujuan Belajar Sirah Nabawiyah

Mempelajari sirah nabawiyah tidaklah semata-mata untuk mengetahui rangkaian atau kronologi dari peristiwa-peristiwa sejarah. Ia memiliki tujuan besar yang berkaitan dengan kesepurnaan keimanan seorang muslim. Belajar sirah nabawiyah adalah suatu cara yang cukup penting agar seorang muslim mendapatkan gambaran sempurna tentang hakikat kebenaran Islam.
Dr. Sa’id Ramadhan Al Buthy menyebutkan sasaran-sasaran tersebut diantaranya:
1. agar setiap muslim memahami dan mengenal dengan baik kepribadian Rasulullah saw melalui rangkaian peristiwa yang dialaminya, konflik-konflik yang diselesaikannya, tantangan-tantangan yang dihadapinya, bahkan peristiwa-peristiwa kecil seputar hubungannya dengan para sahabatnya, kaum kerabatnya dan musuh-musuhnya.
2. agar setiap muslim mendapatkan contoh ideal dalam setiap aspek kehidupan. Tak dapat dihindari bahwa jika kita bertanya tentang contoh ideal untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan maka akan kita temukan jawabnya dalam sejarah kehidupannya. Dia telah diutus untuk menjadi teladan bagi manusia khususnya orang-orang beriman. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Al Ahzaab :21)
3. agar setiap muslim mendapatkan sesuatu yang dapat memebantunya memahami Al qur’an. Ada banyak peristiwa dalam kehidupan nabi saw yang menjelaskan maksud dari ayat-ayat suci Al Qur’an yang diturunkan.
4. agar setiap muslim mendapatkan contoh dan gambaran tsaqofah dan aplikasi nilai-nilai pengetahuan Islam yang luas. Nabi adalah sekaligus yang mencontohkan praktek dari konsep Islam. Ia adalah gambaran nyata bagaimana Islam diaplikasikan dalam bidang hukum, undang-undang, akhlaq, muamalah dan lain sebagainya.
5. agar para da’i dan pembina ummat mendapatkan contoh cara-cara berda’wah yang efektif. Beliaulah guru terbaik sepanjang masa. Yang meninggalkan murid-muridnya sebagai manusia-manusia terbaik sepanjang sejarah peradaban manusia. Dalam waktu yang sangat singkat, beliau merubah suatu kaum yang begitu liar dan berangasan menjadi begitu lembut dan beradab, merubah kaum yang begitu terbelakang menjadi kaum yang menaklukkan dan memimpin bangsa-bangsa di dunia.