Rabu, 22 Agustus 2012

Pengertian Tsaqofah Islamiyah




Pengertian Tsaqofah
Tsaqafah menurut arti bahasa di dalam kamus Al-Muhith, ia berasal dari kata tsaqufa yang berarti pandai dan cepat di dalam memahami sesuatu atau mahir.  Menurut arti istilah, terdapat perbedaan ungkapan di dalam memberi definisi tsaqafah, namun yang mendekati kebenaran, sebagai berikut:
a.     Pengetahuan yang didapat dengan jalan belajar (talaqqi) atau temu muka dengan guru dan penyebarannya secara istinbath.
b.     Tsaqofah merupakan konsep pemikiran dan pandangan hidup atau suatu ideologi tentang alam semesta,  manusia dan kehidupan.
c.      Tsaqofah merupakan konsep pemikiran dan pandangan hidup tertentu yang telah membentuk pola pikir dan perilaku suatu masyarakat.
Masing-masing masyarakat atau bangsa memiliki tsaqafah (pandangan hidup) atau way of live yang  berbeda-beda sesuai perbedaan ideologi dan pemikiran yang mereka yakini.

Pengertian dan Karakter Tsaqafah Islamiyah
Secara ringkas, tsaqofah Islamiyah adalah pengetahuan yang aqidah Islamiyah menjadi sebab pembahasan, pengajaran dan penyebarannya. Dengan memahami tsaqafah islamiyah berarti seluruh konsep pemikiran dan pandangan hidup berdasarkan ajaran/aqidah Islam tentang alam semesta, manusia dan kehidupan. Jadi, seorang muslim di dalam memandang fenomena dan realita kehidupan harus berlandaskan Aqidah Islam.

Perbedaan Ilmu  Pengetahuan dan Tsaqofah
Definisi ilmu yaitu pengetahuan yang didapat dengan cara meneliti, percobaan dan pembuktian serta penarikan kesimpulan. Tsaqafah berkaitan erat dengan aqidah, pembentukan gaya hidup, pola pikir, perilaku dan kepri-badian seorang muslim. Sedangkan ilmu pengetahuan seperti kedokteran, arsitektur, kimia, fisika, ilmu hitung dan ilmu bahasa belum tentu berkaitan dengan pembentukan aqidah, gaya hidup, pola pikir, perilaku dan kepribadian. Namun ilmu pengetahuan memacu peradaban dan kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, belajar ilmu pengetahuan di atas sangat dianjurkan di dalam ajaran Islam, asal tidak bertolak-belakang dengan nilai dan ruh aqidah Islam.


Ilmu Pengetahuan
1.       Penemuan
2.       Dalam bentuk materi
3.       Tidak mempengaruhi sikap dan kepribadian
4.       Ruang lingkupnya universal
5.       Pelakunya disebut scientist.
Tsaqofah
1.         Penggalian atau penghayatan
2.         Dalam bentuk suluk
3.         Mempengaruhi sikap dan kepribadian
4.         Ruang lingkup regional
5.         Pelakunya disebut cendikiawan / filosof.

Khalifah Umar ibnul Khattab



Kepribadian Umar bin Khattab
Namanya adalah Umar bin Khattab bin Nufayl bin Abdul Izza Abu Hafshin Al Faruq Al Adawy Al Quraisy. Lahir 10 tahun setelah kelahiran Nabi saw. Sebelum beragama Islam ia adalah orang yang biasa dipercaya sebagai duta dan juru bicara bagi kaumnya. Sebagaimana masyarakat jahiliyah pada umumnya ia biasa melakukan kebiasaan bangsa Quraisy jahiliyah seperti minum khamar, menyembah berhala dan kebiasaan jahiliyah lainnya. Ia termasuk orang yang paling keras permusuhannya terhadap da’wah Islam.
Dalam kekerasan permusuhannya terhadap da’wah, ia merasa kagum dengan kekerasan sikap kaum muslimin dalam mempertahankan keyakinan mereka. Inilah salah satu sebab pembuka hatinya untuk menerima Islam. Beliau masuk Islam pada tahun ke 6 kenabian. Sebagian ahli sejarah berpendapat, beliau menggenapi  40 orang jumlah kaum muslimin. Sebelumnya Rasulullah pernah berdo’a,
اللّهمّ أعِزَّ الإسلام بِأحب الرجلين إليك عمر بن االخطاب أو عمرو بن هشام
“Ya Allah perkuatlah Islam dengan yang lebih Kau cintai dari dua orang lelaki, Umar bin Khattab atau Amru bin Hisyam”.
Setelah Islam, beliau adalah orang yang selalu membela aqidah Islam. Sikapnya tegas adalam membela kebenaran. Sangat tunduk dan taat kepada pimpinan.

Pengangkatan Umar bin Khattab sebagai Khalifah
Khalifah Abu Bakar, ketika merasakan bahwa ajalnya telah dekat, melakukan jajak pendapat untuk mencari orang yang tepat untuk menggantikannya. Beliau bertanya kepada beberapa tokoh sahabat. Yang pertama adalah Abdurrahman bin Auf.
                “Bagaimana pendapatmu tentang Umar?”
                “Demi Allah, dia adalah yang paling utama dari siapa pun dalam pikiran anda sekarang. Tapi sikapnya keras.”
                “Itu karena ia melihatku terlalu lembut. Jika ia diamanahi kepemimpinan, pasti sikapnya akan berubah. Lihatlah kalau aku marah kepada seseorang, ia pasti membela orang itu. Kalau aku bersikap lunak kepada seseorang maka ia sengaja bersikap keras kepadanya. Baiklah tolong rahasiakan pembicaraan kita ini.”
                Orang kedua adalah Utsman bin Affan. “Bagaimana pendapat anda hai Aba Abdillah tentang Umar?”
                “Anda lebih arif dalam hal itu.”
                “Ya, tapi saya minta pendapat anda.”
                “Pengetahuanku tentang Umar adalah hatinya baik sekalipun sikapnya keras. Tiada seorang pun serupa dia dalam lingkungan kita.”
                “Baik, tolong rahasaikan pertemuan kita ini.”
Dalam sebuah riwayat Khalifah Abu bakar juga menemui Ali bin Abi Thalib. Pada Ali redaksi pertanyaan beliau berbeda. “Bagaimana pendapat anda jika aku memilih salah seorang sahabat Rasulullah sebagai penggantiku?”
Maka jawaban Ali adalah, “Aku tidak setuju, kecuali orang itu adalah Umar bin Khatab.”
Thulhah bin Ubaydillah juga ditanyai Khalifah, jawabnya, “Anda menunjuknya sebagai pengganti anda, padahal anda lihat apa yang diperbuatnya terhadap khalayak ramai, sedangkan anda masih hidup, apalagi jika anda sudah meninggal. Baiknya anda tanyakan kepada masyarakat.”
Maka pada hari berikutnya, diundanglah orang banyak untuk dimintai pendapat mereka tentang maksud Khalifah Abu Bakar. “Sudilah kemukakan pendapat kalian, mengenai orang yang aku tunjuk untuk menggantikanku. Demi Allah tidaklah aku tunjuk ia kecuali dengan pemikiran yang mendalam dan bukanlah aku tunjuk orang dari lingkungan keluargaku. Aku menunjuk Umar bin Khattab menggantikanku, sudilah menerima dan mematuhinya.”
Orang-orang menjawab serentak perkataan Khalifah itu, “Sami’na wa atha’na!” (Kami dengar dan kami patuhi!).
Sebagian Ulama Salaf berpendapat bahwa cara pengangkatan Umar oleh Abu Bakar ini disebut istikhlaf dan mengakuinya sebagai salah satu cara yang sah dalam suksesi kepemimpinan. Sedangkan Syaikh Dr Muhammad Ramadhan Al Buthy berpendapat bahwa istikhlaf tidak dapat diterima kecuali setelah mendapat persetujuan kaum muslimin. Khalifah Abu Bakar ketika itu telah terlebih dahulu melakukan masyurah dhimniyah (musyawarah terbatas dan tertutup) guna mencari orang yang tepat, walaupun beliau sudah cenderung kepada Umar, baru kemudian memantapkan keputusannya untuk melakukan istikhlaf.

Amanah Terhadap Khalifah Umar
Terhadap Umar bin Khattab, Khalifah Abu Bakar berwasiat, “Hai Umar, Allah memikulkan tanggung jawab pada malam hari, jangan tangguhkan hingga siang. Allah pikulkan tanggung jawab pada siang hari jangan tangguhkan sampai malam. Allah tidak akan menerima amal sunat sebelum yang wajb dilaksanakan. Anda tentu tahu bahwa timbangan seseorang dai hari kiamat akan berat jika melaksanakn kebenaran, dan akan ringan karena membela kepalsuan. Anda pasti tahu bahwa ayat-ayat kegembiraan datang bersama ayat-ayat ancaman dan sebaliknya, supaya manusia gembira sekaligus gentar, gembira dalam harap terhadap apa-apa yang diridhai Allah sehingga tidak gentar ketika bertemu Allah kelak. Anda saksikan Allah menceritakan penderitaan penduduk neraka, berharaplah tidak kesana. Allah menceritakan kebahagiaan penduduk surga, bertekadlah untuk beramal seperti amalan mereka. Inilah amanatku, pegangngilah niscaya engkau akan tidak lebih mencintai yang tak tampak dari pada yang tampak.”

Sebutan Amirul Mu’minin
Jabatan Khalifah itu lengkapnya adalah Khalifatur Rasulullah. Bermakna pengganti Rasulullah. Abu Bakar pada awalnya dipanggil orang dengan sebutan itu, Khalifah Rasulullah. Maka ketika datang pejabat setelahnya sebutannya adalah khalifah khalifaturRasulillah. Agak terlalu panjang, meskipun pada masa Abu Bakar, panggilan itu sudah dipersingkat dengan khalifah saja.
Sementara itu, gubernur-gubernur Islam yang menguasai daerah-daerah taklukan disebut amir atau emir, menggantikan syaikh (kepala kabilah) sekaligus membawahi mereka. Maka dipasangkanlah sebutan Amirul Mu’minin kepada Khalifah Umar bin Khattab sebagai pemimpin umat Islam dan wilayah-wilayahnya secara keseluruhan. Sebutan itu kemudian menjadi umum dan mentradisi dalam sistem ketatanegaraan Islam selanjutnya.

Pemerintahan Umar Bin Khatab
Masa kepemimpinan Umar bin Khattab berlangsung selama 10 tahun 6 bulan. Yaitu dari 13 H/634 M sampai 23 H/644 M. Beliau wafat pada usia 63 tahun, karena terbunuh dalam suatu pembunuhan politik yang pertama dalam sejarah Islam.
Pada periode ini berlangsung penaklukan-penaklukan dan pengambil alihan kekuasaan dari Persia dan Byzantum ke tangan Islam. Byzantium kehilangan banyak wilayah jajahannya. Sementara wilayah kekuasaan Persia direbut satu persatu sampai habis.
Sebagai pemimpin beliau sangat menyayangi rakyatnya. Adil dalam pemerintahannya. Jenius dalam masalah hukum. Beliau menyeleksi aparatnya dengan ketat dan hati-hati.

Keistimewaan Sejarah Hidup Nabi Muhammad


Keistimewaan Sejarah Hidup Nabi Muhammad
            Terkumpul dalam sirah nabawiyah banyak keistimewaan yang membuat mempelajarinya adalah kenikmatan bagi ruhani, akal juga kenikmatan mendalami sejarah. Berikut ini beberapa kemuliaan dan keistimewaan siroh nabawiyah secara global.
1.         Sesungguhnya ia adalah sebenar-benar sirah dan sejarah nabi dari seluruh nabi yang pernah diutus. Telah sampai kepada kita sirah Rasulullah saw melalui metode ilmiyah yang benar dengan bukti-bukti memperkokoh, sebagaimana yag kami terangkan dalam pembahasan sumber-sumber Sirah. Di mana tidak ada yang meninggalkan keraguan peristiwa-peristiwa mulia dan kejadian-kejadian besar.
            Kebenaran sirah beliau saw ini tidak akan kita dapati sebagaimana jika kita mempelajari sirah nabi-nabi terdahulu. Kita tak dapat memastikan kebenaran dalam sirah nabi Musa alaihssalam, karena ia ditulis bukan ketika beliau masih hidup atau segera setelah beliau meninggal. Melainkan ia ditulis yang bahkan penulisnya pun tidak diketahui juntrungannya. Tidak pula kita dapat merujuknya kepada Taurat yang ada sekarang, karena telah disepakati bahwa taurat yang ada saat ini telah banyak berisi keraguan dan penyimpangan yang dimasukkan kaum yahudi. Maka kaum muslimin tidak dapat sesuatu kebenaran yang pasti tentang sejarah Nabi Musa as kecuali yang diceritakan Al Qur’an. 
Demikian pula pada sirah Isa bin Maryam as. Sesungguhnya injil-injil yang dipakai secara resmi oleh gereja saat ini telah berusia ratusan tahun. Injil-injil itu dipilih tidak berdasarkan metode ilmiyah yang benar dari ratusan injil yang tersebar di banyak kalangan masehi, masing-masing dinisbatkan kepada penulisnya. Mereka tak dapat memastikan dengan metode ilmiyah yamg akan memberikan ketenangan jiwa tentang kebenarannya. Tidak dapat dirunut periwayatnya yang bersambung kepada penulisnya. Sehingga terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ahli sejarah tentang siapa sebenarnya para penulis injil-injil itu, kapan mereka hidup.
Demikian pula yang terjadi pada sekalian nabi dan rasul serta para pendiri-pendiri agama yang tersebar di dunia. Begitu banyak keraguan dalam sejarah mereka yang kembali kepada jutaan pengikut mereka. Seperti Budha dan Konfusius, riwayat hidup mereka yang beredar di kalangan pengikut mereka tidaklah berasal dari sumber yang mu’tabar atau teruji secara ilmiyah, bahkan sesungguhnya menjadi perdebatan di antara para pendeta mereka. Riwayat itu bertambah pada setiap generasi lebih dari yang diceritakan para pembuat syair pendahulu mereka juga khurofat yang tidak masuk akal dan warna asobiyah atau fanatisme terhadap aliran masing-masing.

2.         Sesungguhnya ia menggambarkan dengan sangat jelas kehidupan Rasulullah saw dalam setiap fase kehidupannya. Sejak pernikahan ayahnya dengan ibunya sampai dengan wafatnya beliau, kita mengetahui banyak hal tentang kelahirannya, masa kecilnya, masa remaja dan masa mudanya, pekerjaannya sebelum kenabian, perjalanannya keluar Mekkah sampai dengan diutusnya beliau sebagai nabi yang mulia. Kemudian kita juga dapat mengetahui dengan detail, jelas dan sempurna segala sesuatu setelah kenabian itu tahun demi tahun. Semuanya membuat sirah Rasulullah saw terang seterang matahari. Sebagian penulis barat mengatakan sesungguhnya Muhammad satu-satunya orang yang dilahirkan di bawah cahaya matahari.
            Hal seperti ini tidak terjadi bahkan tidak mendekati apa yang terjadi pada rasul-rasul terdahulu. Kita tak mengetahui masa kecil, masa remaja atau penghidupan Nabi Musa as sebelum nubuwahnya. Kita hanya mengetahui sedikit hal tentangnya setelah kenabiannya. Yang membuat kita tak mendapatkan gambaran lengkap menganai kepribadiannya. Demikian juga yang kita temukan dari Isa bin Maryam as. Tak diketahui sedikitpun dari masa kecil beliau kecuali yang disebutkan injil-injil modern, di mana ia sesungguhnya masuk ke haikal yahudi da mendebat para pendetanya. yang sesungguhnya adalah sesuatu yang dibuat-buat menganai masa kecilnya. Kita tidak pula mengetahui perihalnya setelah kenabiannya yang berhubungan dengan usaha da’wahnya, atau sedikit saja dari caranya mencari penghidupan.

3.         Sesungguhnya ia menceritakan sejarahnya seorang manusia yang dimuliakan dengan risalah kenabian. Tidak sedikitpun keluar dari unsure kemanusiaan, tidak sedikitpun hidupnya berciri pembuat syair, atau disandarkan kepadanya sifat ketuhanan sedikit pun. Maka jika kita melihat apa yang diriwayatkan kaum masehi tentang Isa bin Maryam as, atau yang diriwayatkan orang-orang budha tentang Gautama atau para penganut aliran-aliran kepercayaan tentang tuhan yang mereka sembah, jelas bagi kita perbedaaan yang nyata di antara sejarah mereka itu. Sehingga nampaklah dampak perilaku para pengikut mereka itu dalam hal pribadi atau kemasyarakatan. Menggelari Isa dan Gautama Budha sebagai tuhan membuat mereka jauh dari tokoh yang dapat dicontoh oleh manusia dalam kehidupan pribadi maupun social. Sementara itu, Rasulullah saw adalah manusia contoh ideal bagi siapa saja yang menginginkan hidup bahagia dan mulia dalam jiwanya, keluarganya dan lingkungannya. Dari sinilah Allah berfirman; Al Ahzab:21.
لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجو الله واليوم الآخر وذكر الله كثيرا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
4.         Sesungguhnya ia adalah gambaran kesempurnaan kepribadian Rasulullah sebagai manusia dalam wilayah individu maupun sebagai anggota masyarakat. Ia menceritakan kepada kita bahwa Muhammad adalah pemuda terpercaya yang lurus pribadinya sebelum beliau dimuliakan Allah dengan risalah. Rasulullah adalah penyeru ke jalan Allah yang bergelut mencari jalan agar manusia menerima seruannya, mencurahkan seluruh kemampuan dan menempuh kesulitan untuk menyampaikan risalahnya. Rasulullah juga adalah pemimpin negara yang  menegakkan bagi negaranya pilar-pilar perundang-undangan dan mengesahkannya, memeliharanya dengan kekuatannya, keikhlasan, kejujurannya yang dengannya dibebankan kepadanya keberhasilan. Rasulullah juga adalah seorang suami dan ayah yang penuh kelembutan dan sebaik-baik muamalah kepada keluarganya. Ia membedakan hak dan tanggung jawab di antara suami istri dan anak-anak. Ia juga seorang murabbi pembimbing yang menyerahkan hidupnya untuk mendidik para sahabatnya dengan tarbiyah yang sempurna, yang merasuki jiwa dan ruh mereka sehingga merubah mereka menjadi hebat dari masalah yang kecil sampai yang besar. Rasulullah juga adalah seorang teman yang menegakkan hak-hak persahabatan, setia kepada ikatan-ikatannya dan adab-adabnya sehingga para sahabatnya mencintainya seperti mereka mencintai diri mereka sendiri bahkan lebih mencintai dirinya ketimbang keluarga dan kerabat mereka. Sirah ini juga menceritakan kepada kita bahwa beliau adalah pemberani dalam peperangan, panglima yang selalu menang, politikus yang sukses, tetangga yang terpercaya dan pemegang janji yang setia.

5.         Sesungguhnya ia adalah dalil yang tegas akan kebenaran risalah kenabian, tidak ada keraguan di dalamnya. Ini adalah sirahnya seorang manusia sempurna yang berjalan dengan da’wahnya dengan keberhasilan demi keberhasilan. Hingga tiba saat meninggalnya, da’wahnya menyatukan jazirah Arab dalam ikatan iman, bukan dengan ikatan penjajahan dan penaklukan. Siapa yang mengetahui apa yang dilakukan  bangsa Arab terhadapnya dari kebiasaan dan keyakinan-keyakinan mereka, mereka menantang da’wahnya dengan bermacam-macam tantangan bahkan berencana membunuhnya. Siapa saja mengetahui bahwa pasukannya kecil tidak sebanding dengan lawan-lawannya tapi ia memenangi pertempurannya. Siapa saja tahu bahwa ia tidak mengumpulkan harta sepanjang da’wahnya dan tidak ada harta padanya ketika ia wafat, padahal itu berlangsung 23 tahun. Diyakini bahwa Muhammad saw adalah benar. Allah menganugrahkan kepadanya kedudukan yang kokoh, kuat, pengaruh dan pertolongan bukan lain karena ia adalah nabi.
Sirah rasulullah saw juga mengokohkan bagi kita kebenaran risalahnya secara rasional. Bukanlah mu’jizat yang menjadi faktor utama berimannya bangsa Arab kepada da’wahnya, sehingga jika kita tak menemukan mu’jizat padanya kita akan kafir dan menentang. Karena sesungguhnya mu’jizat material adalah hujjah bagi yang menyaksikannya. Sedangkan bagi orang-orang islam yang tidak bertemu dangan Nabi saw, tidak menyaksikan mu’jizatnya, mereka beriman kepada risalahnya dengan dalil-dalil akal yang kuat atas kebenaran da’wah kenabiannya. Di antara dalil-dalil akal itu adalah Al Qur’an Al Karim. Ia mengikat semua akal yang sehat untuk beriman kepada kebenaran Muhammad dalam da’wah risalah.
            Berbeda sama sekali dengan sirah nabi-nabi terdahulu yang ada dalam ingatan para pengikutnya. Ia menjelaskan bahwa manusia yang beriman kepada mereka adalah yang melihat dengan mata kepala mereka sendiri mu’jizat dan peristiwa-peristiwa luar biasa. Tanpa menyertakan akal mereka untuk memahami prinsip da’wah yang disampaikan kepada mereka. Misalnya Nabi Isa, orang beriman kepadanya karena ia menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, padahal semuanya itu dengan idzin Allah terjadinya. (dari Siroh Nabawiyah Musthafa As Siba’iy.