Jumat, 22 Juni 2012

Pengantar sejarah ( tarikh ) Islam


A. Pengertian-pengertian

                Secara bahasa, tarikh berasal dari arrikh-yuarrikhu-taarikha yang berarti mengetahui kejadian dari kejadian dan penulisan dan penyusunan peristiwa-peristiwa.  Sedangkan secara istilah tarikh berarti  peristiwa-peristiwa dan kejadian yang dilalui oleh suatu bangsa. Jika tarikh disambungkan dengan Islam maka ia berarti peristiwa-peristiwa dan kejadian yang dilalui oleh ummat Islam.

                Dari pengertian-pengertian di atas berarti tarikh Islam dimulai sejak Islam dida’wahkan oleh Nabi Muhammad saw. Walaupun terkadang sebagian penulis memasukkan pula fase hidup Rasulullah sejak lahir hingga menjelang kenabiannya sebagai bagian dari tarikh Islam pula. Dengan sendirinya Tarikh Islam mencakup pula Sirah Nabawiyah. Namun demikian biasanya penjelasan tentang Tarikh dan Sirah Nabi terpisah. Karena pada sirah nabi, Rasulullah senantiasa mendapat bimbingan Allah swt. Maka untuk membedakan antara keduanya, pembahasan Tarikh Islam dimulai sejak masa Khalifah Abu Bakar Siddiq. Sepeninggal Rasulullah, sejarah ummat Islam dicatat sejauh mana keterikatan mereka dengan Al Qur’an dan petunjuk Rasulullah.

                Beberapa istilah sebagai pembanding pengertian tarikh misalnya Sunnah yaitu segala perkataan, perbuatan dan isyarat Rasulullah yang bernilai syari’at bagi ummat Islam. Juga Sirah yaitu perkataan, perbuatan Rasulullah tetapi tidak semua bernilai syari’at karena ada yang berupa tabi’at, kecenderungan, hobi atau kesenangan dan lain-lain. Ada pula yang sifatnya khusus bagi Rasulullah seperti, puasa wishal, menikahi 9 wanita dalam satu waktu, keluarganya tidak boleh menerima bagian zakat dan shodaqoh.

B. Urgensi Mempelajari Tarikh Islam

                Beberapa ungkapan mungkin dapat menjelaskan hakikat ini. Sejarah adalah ingatan suatu bangsa. Maka jika suatu bangsa tidak ingat masa lalunya, ia ibarat orang gila yang tidak punya ingatan apa-apa. Ungkapan lain mengatakan “Generasi akhir ummat ini tidak akan sukses kecuali bercermin pada generasi awalnya”.  Syaikh Abu Hasan Ali An Nadawi mengatakan “suatu bangsa yang tidak mengetahui masa lalunya, masa depannya akan suram”.

C. Sasaran Belajar Tarikh

                Mempelajari sejarah para pendahulu adalah untuk i’tibar (mengambil pelajaran) sebagaimana diungkapkan pada surat Yusuf ayat 111, “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi ia membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.

                Dengan memahami kejadian-kejadian yang telah berlalu generasi masa kini dapat memilih yang positif untuk dimanfaatkan dan meninggalkan hal-hal yang negative.

Daftar Pustaka

Al Mubarakfury, Syafiyur Rahman, Syaikh, Sirah Nabawiyah, Robbani Press, Jakarta, 1998.
Al Buthy, Muhammad Sa’id Ramadhan,Dr,  Sirah Nabawiyah, Robbani Press, Jakarta,1999.
Hamka, Prof. Dr,  Sejarah Umat Islam, Pustaka Nasional PTE LTD Singapura,1997.
Rais, Amien, Cakrawala Islam, Mizan, 1987
Sou’yb, Joesoef,  Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, Bulan Bintang, Jakarta, 1979.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar